HIDUP atau MATI

HIDUP atau MATI

Sabtu, 11 Desember 2010

Lima Gajah Mati Karena DiRacun

PEKANBARU, TRIBUNNEWSPEKANBARU.COM - Kematian lima ekor gajah secara tidak wajar di Desa Pauhranap, Kecamatan Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu berbuntut panjang. Hasil otopsi sementara dari Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Riau, menyatakan lima ekor binatang itu memakan sawit warga yang beracun.

"Kelima gajah liar itu mati setelah memakan sawit warga yang mengandung racun. Karena banyak ditemukan kejanggalan oleh tim yang turun kelapangan" ujar Kasubag Data dan Evaluasi Pelaporan dan Humas BBKSDA Raiau, M. Zanir SH

Dikatakan Zanir, bangkai gajah sumatera ditemukan di areal kerja perusahaan pemegang izin hutan tanaman industri (HTI) PT Citra Sumber Sejahtera. Titik penemuan 1 ekor jantan 4 betina itu tidak berjauhan. Lokasi itu merupakan habitat gajah liar yang memang hidup dan mencari makan diareal itu.

Kejanggalan lain ditemukan yakni Hutan Tanaman Industri itu merupakan areal peruntukan, namun warga sekitar melakukan perambahan lahan dan mengganti menjadi kebun sawit. Aktivitas warga yang bercocok tanam secara ilegal itu, terganggu oleh rombongan gajah yang sudah tinggal dalam waktu yang lama.

"Kami pastikan racun disebar pada tanaman sawit ilegal itu, karena areal itu untuk hutan bukan sawit. Jadi mereka yang merambah merasa terganggu dan memberikan racun pada lokasi lewatnya gajah" tambahnya
Diposkan oleh Ninoeschan_jungle (KSLH)

Limbah Pabrik Kelapa Sawit

TALUK kUANTAN, TRIBUNNEWSPEKANBARU.COM - Pabrik Kelapa Sawit (PKS) 2 PT. Tri Bakti Sarimas dituduh telah melakukan pencemaran lingkungan dengan membuang limbah ke sungai.


"Banyak ikan yang mati di sungai Batang Tiu. Sungai ini tidak jauh dari PKS II mungkin saja perusahaan buang limbah," ujar Dasri seorang warga Desa Ibul saat ditemui, Jumat.


Menurut Dasri, sungai Batang Tiu tersebut sehari-harinya dipergunakan oleh masyarakat Desa Pangkalan Ibul dan Sungai Besar sebagai sumber air bersih karena sumur warga banyak yang tidak berair.


"Kami akan sulit melakukan aktivitas mandi, cuci dan kakus, karena satu-satunya sungai yang ada di Pucuk Rantau ini hanya sungai Batang Tiu harapan kami," ujarnya.


Sedangkan Kabag Humas PT. TBS, Rosmaladi mengatakan, tidak ada pencemaran limbah pada sungai Batang Tiu yang dilakukan PKS 2, semuanya dalam kondisi aman.


"Tak munghkin PKS 2 membuang limbahnya ke sungai, kami memiliki tujuh kolam sebagai penampungan limbah," paparnya.


Dilanjutkannya, sebelum mendirikan pabrik, maka dilakukan pembuatan kolam sebagai bak penampungan limbah, agar limbahnya tidak sampai tercemar ke masyarakat sekitar pabrik, sebab yang akan menanggung resikonya tentu masyarakat juga, makanya sangat perlu kehati-hatian sekali dalam mendirikan pabrik tersebut.


"Saat ini kondisi kolam limbah kami baik-baik saja, dan tak ada yang bocor. Kmai telah melakukan pemeriksaan," tambahnya lagi.


Namun, lanjut dia, dugaan tersebut tentu saja wajar, sebab ikan-ikan di sungai Batang Tiu memang sangat banyak dan mungkin saja masyarakat sekitar ada yang ingin mendapatkan ikan banyak dengan cara mudah dengan diputau (diracuni-Red).


"Sehingga, takut kena denda dengan tindakannya tersebut, maka disebarkan isu kalau limbah PKS 2 telah mencemari sungai, yang dipergunakan untuk mck masyarakat Pucuk Rantau," tukasnya.