HIDUP atau MATI

HIDUP atau MATI

Jumat, 06 Mei 2011

Alam Untuk Kehidupan: Ayo, Lindungi Bersama Cagar Alam Bukit Bungkuk dar...

Alam Untuk Kehidupan: Ayo, Lindungi Bersama Cagar Alam Bukit Bungkuk dar...: "Serempak puluhan pelajar berseragam olahraga berebut bibit Meranti dan Pulai. Wajah mereka nampak sumringah ketika tangan mereka berhasil..."

Ayo, Lindungi Bersama Cagar Alam Bukit Bungkuk dari Kerusakan

Serempak puluhan pelajar berseragam olahraga berebut bibit Meranti dan Pulai. Wajah mereka nampak sumringah ketika tangan mereka berhasil mendapatkan bibit sumbangan dari Dinas Kehutanan Kampar itu. Sesaat kemudian, para perwakilan Sekolah Menengah Atas (SMA) se-Kecamatan Bangkinang Barat dan se-Kecamatan 13 Koto Kampar itu berebut lagi mendapatkan lubang-lubang tanah. Mereka sepertinya tidak sabar untuk segera menanam bibit pohon di Cagar Alam Bukit Bungkuk, Kecamatan Bangkinang Barat, Kabupaten Riau, Propinsi Riau. 
                                         
               Padahal saat itu Koordinator Kelompok Studi Lingkungan Hidup-KSLH Riau, Heri Tarmizi, baru menyerahkan secara simbolis kepada perwakilan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau, Syahimin.



penanaman bibit pohon oleh peserta seminar dimana penanaman utama belum dilakukan mereka saling berebut bibit pohon dan lobang penanaman


Tak mau menunggu lebih lama usai penyerahan secara simbolis, bersama para mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomoi (STIE) Kampar, mahasiswa Politeknik Kampar, Kepala Desa Merangin Muhammad Kamil, serta Kelompok Pecinta Alam (KPA) Kalano, para pelajar itu lalu meletakkan bibit pada lubang. Tidak ada raut muka jijik ketika tangan mereka berbelepotan tanah warna merah. Raut-raut ceria para peserta kegiatan menyambut Hari Bumi 2011 itu malah berebut lagi bibit yang masih tersisa.

Saat penanaman, Supardi dari Dinas berpesan pada para peserta, ”Mari dengan hati iklas kita menanam pohon ini agar ia tumbuh dan bermanfaat untuk kelestarian Bukit Bungkuk.”

Penanaman bibit pohon ini sendiri merupakan acara penutup dari rangkaian kegiatan Hari Bumi yang diselenggarakan KSLH-Riau.





Penanaman pertama oleh Bapak Sahimin dari BBKSDA



Penanaman Oleh Bapak Purwadi dari Dinas Kehutan Kampar
                                          Photo Bersama Seusai Penanaman di Cagar Alam Bukit Bungkuk
Siapa beperhatian?
Selama ini Cagar Alam Bukit Bungkuk dihantui dengan pembukaan lahan besar-besaran untuk perkebunan kelapa sawit. Pembalakan liar, persoalan tapal batas yang belum jelas juga menjadi masalah yang tak kunjung selesai. Sedangkan generasi muda di seputar Bukit Bungkuk justru kurang memiliki pemahaman cukup terhadap keberadaan cagar alam ini.
                                                                                      Seminar Lingkungan Hidup Cagar Alam Bukit Bungkuk
Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mapala STIE Bangkinang, Abdul Hamid mengakui hal ini. ”Selama ini saya, dan saya yakin banyak kawan lain yang tidak tahu banyak tentang bagaimana melestarikan Bukit Bungkuk. Lewat acara ini saya akhirnya tahu dan berharap kegiatan seperti ini bisa terus berkelanjutan,” ujar pemuda bertubuh besar ini.

Dalam Seminar Pengenalan Lingkungan Hidup Cagar Alam Bukit Bungkuk, Kepala Desa Merangin Muhammad Kamil mengungkapkan bahwa perhatian berbagai pihak dirasakan kurang. ”Semenjak hutan ini dijadikan daerah konservasi cagar alam bukit bungkuk pada tahun 1986, baru empat tahun kemudian yaitu tahun 1990 baru ada pemasangan plang. Setelah sekian lama, baru kali ini ada kegiatan dalam bentuk sosialisai.”

Kegiatan yang diikuti kalangan muda ini menurutnya sangat menggembirakan. ”Masih ada anak muda yang peduli dengan lingkungan. Mudah-an ke depan akan dilaksanakan kembali kegiatan seperti ini. Mudah-mudahan dengan adannya kegiatan ini cagar alam ini tetap terjaga,” ujar laki-laki berusia sekitar 50 tahun ini.

Seakan mengamini pernyataan Muhammad Kamil, Camat Bangkinang Barat Edy Pratono mengajak peserta untuk menceritakan pada orang tua mereka mengenai persoalan yang membelit Bukit Bungkuk. ”Saya berharap persoalan Bukit Bungkuk bisa teratasi secara berlahan setelah adik-adik mendapatkan pengetahuan dari acara ini. Kemudian bisa menularkan pengetahuan ini ke para orangtua kita.”

Menurut Heri Tarmizi yang juga sebagai salah satu pemateri dalam seminar, kegiatan ini bertujuan mengenalkan pada generasi muda tentang potensi Bukit Bungkuk. ”Harapannya semakin banyak yang tahu potensi dan manfaatnya, semakin banyak orang yang berkeinginan untuk melestarikan Bukit Bungkuk.” Selain Heri, Purwadi dari Dinas Kehutanan dan Syahimin dari BKSDA Riau turut menjadi pembicara dalam seminar ini.
                                        
Sempat terkendala
Sekalipun tidak dilakukan tepat pada tanggal 22 April, puncak acara yang dilaksanakan atas kerjasama berbagai pihak mitra KSLH-Riau berlangsung sesuai harapan. Seminar Pengenalan Lingkungan Hidup Cagar Alam Bukit Bungkuk, Kecamatan Bangkinang Barat, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, mampu memompa semangat peserta yang hadir.
Kegiatan yang tertunda dan baru terlaksana hingga akhir bulan April (30/4) ini sebenarnya sudah dipersiapkan jauh hari. Namun, KSLH Riau yang diawaki sembilan (9) orang ini memang tidak memiliki donor khusus laiknya organisasi non pemerintah lain. Berbagai kegiatan yang direncanakan -termasuk peringatan Hari Bumi tahun ini- biasanya didanai sendiri oleh pribadi-pribadi yang ada di KSLH-Riau. Sebagian hasil dari pekerjaan yang dilakukan disumbangkan untuk kegiatan.
Survey Lokasi Penanaman di Cagar Alam Bukit Bungkuk




Tak heran jika seorang pimpinan lembaga non pemerintah bertaraf internasional asal Yogyakarta, yang memberikan hibah sebuah motor kepada KSLH-Riau mengatakan, ”Semangat kerelawanan, semangat swadaya teman-teman KSLH-Riau sungguh luar biasa. Ini patut ditiru oleh teman-teman yang berkecimpung dalam kegiatan sosial.”



Ungkapan yang mengatakan, ”Jangan kau tanyakan pada organisasi apa yang bisa kau dapat dari organisasi. Tetapi tanyakan pada dirimu apa yang bisa kau berikan pada organisasi,” seakan terus menyemangati awak-awak KSLH-Riau untuk terus berupaya agar kondisi lingkungan lebih baik.

Kamis, 13 Januari 2011

Formulir Registrasi Sahabat KSLH-Riau

KSLH - Riau berdiri tanggal 5 Juni 2008 yang diprakasai oleh orang-orang yang berkegiatan dialam bebas. Melihat dan seringnya menjumpai ketimpangan-ketimpangan baik dari Lingkungan dan sosial masyarakat, dalam sebuah diskusi timbulah pemikiran untuk membuat sebuah wadah untuk mengangkat permasalahan lingkungan dan sosial masyarakat.
Dan terbentuklah sebuah wadah yang bernama Kelompok Studi Lingkungan Hidup-Riau (KSLH - Riau). Dengan terbentuknya sebuah organisasi dengan bertemakan pendidikan lingkungan hidup, maka KSLH - Riau memulai kegiatan dengan penyerahan buku kesekolah Marjinal di Desa Talang Tujuh Tangga Kecamatan Kelayang Indragiri Hulu-Riau.Bermula dari kegiatan kecil tersebut KSLH-Riau terus melakukan kegiatan-kegiatan baik lingkungan hidup maupun sosial masyarakat. KSLH - Riau memiliki tujuan dan visi misi organisasi, tujuan dari dibentuknya organisasi KSLH - Riau adalah menciptakan generasi yang sadar dan peduli lingkungan.

Dari ulasan diatas bagi rekan-rekan yang ingin bergabung dengan KSLH - Riau sebagai Sahabat silahkan isi Formulir pendaftaran.
Kemudian kirmkan Formulir tersebut ke E-Mail KSLH - Riau (kslh_riau@yahoo.co.id).
Formulir dapat di Download Disini

Sabtu, 11 Desember 2010

Lima Gajah Mati Karena DiRacun

PEKANBARU, TRIBUNNEWSPEKANBARU.COM - Kematian lima ekor gajah secara tidak wajar di Desa Pauhranap, Kecamatan Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu berbuntut panjang. Hasil otopsi sementara dari Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Riau, menyatakan lima ekor binatang itu memakan sawit warga yang beracun.

"Kelima gajah liar itu mati setelah memakan sawit warga yang mengandung racun. Karena banyak ditemukan kejanggalan oleh tim yang turun kelapangan" ujar Kasubag Data dan Evaluasi Pelaporan dan Humas BBKSDA Raiau, M. Zanir SH

Dikatakan Zanir, bangkai gajah sumatera ditemukan di areal kerja perusahaan pemegang izin hutan tanaman industri (HTI) PT Citra Sumber Sejahtera. Titik penemuan 1 ekor jantan 4 betina itu tidak berjauhan. Lokasi itu merupakan habitat gajah liar yang memang hidup dan mencari makan diareal itu.

Kejanggalan lain ditemukan yakni Hutan Tanaman Industri itu merupakan areal peruntukan, namun warga sekitar melakukan perambahan lahan dan mengganti menjadi kebun sawit. Aktivitas warga yang bercocok tanam secara ilegal itu, terganggu oleh rombongan gajah yang sudah tinggal dalam waktu yang lama.

"Kami pastikan racun disebar pada tanaman sawit ilegal itu, karena areal itu untuk hutan bukan sawit. Jadi mereka yang merambah merasa terganggu dan memberikan racun pada lokasi lewatnya gajah" tambahnya
Diposkan oleh Ninoeschan_jungle (KSLH)

Limbah Pabrik Kelapa Sawit

TALUK kUANTAN, TRIBUNNEWSPEKANBARU.COM - Pabrik Kelapa Sawit (PKS) 2 PT. Tri Bakti Sarimas dituduh telah melakukan pencemaran lingkungan dengan membuang limbah ke sungai.


"Banyak ikan yang mati di sungai Batang Tiu. Sungai ini tidak jauh dari PKS II mungkin saja perusahaan buang limbah," ujar Dasri seorang warga Desa Ibul saat ditemui, Jumat.


Menurut Dasri, sungai Batang Tiu tersebut sehari-harinya dipergunakan oleh masyarakat Desa Pangkalan Ibul dan Sungai Besar sebagai sumber air bersih karena sumur warga banyak yang tidak berair.


"Kami akan sulit melakukan aktivitas mandi, cuci dan kakus, karena satu-satunya sungai yang ada di Pucuk Rantau ini hanya sungai Batang Tiu harapan kami," ujarnya.


Sedangkan Kabag Humas PT. TBS, Rosmaladi mengatakan, tidak ada pencemaran limbah pada sungai Batang Tiu yang dilakukan PKS 2, semuanya dalam kondisi aman.


"Tak munghkin PKS 2 membuang limbahnya ke sungai, kami memiliki tujuh kolam sebagai penampungan limbah," paparnya.


Dilanjutkannya, sebelum mendirikan pabrik, maka dilakukan pembuatan kolam sebagai bak penampungan limbah, agar limbahnya tidak sampai tercemar ke masyarakat sekitar pabrik, sebab yang akan menanggung resikonya tentu masyarakat juga, makanya sangat perlu kehati-hatian sekali dalam mendirikan pabrik tersebut.


"Saat ini kondisi kolam limbah kami baik-baik saja, dan tak ada yang bocor. Kmai telah melakukan pemeriksaan," tambahnya lagi.


Namun, lanjut dia, dugaan tersebut tentu saja wajar, sebab ikan-ikan di sungai Batang Tiu memang sangat banyak dan mungkin saja masyarakat sekitar ada yang ingin mendapatkan ikan banyak dengan cara mudah dengan diputau (diracuni-Red).


"Sehingga, takut kena denda dengan tindakannya tersebut, maka disebarkan isu kalau limbah PKS 2 telah mencemari sungai, yang dipergunakan untuk mck masyarakat Pucuk Rantau," tukasnya.

Selasa, 30 November 2010

Mengandalkan tangan untuk menggapai dahan dan ranting bukan kaki


berada dibawah kanopi yng rapat dan memperhatikan gerak gerik para keluarga ungko sangant mengasikan, apa lagi ketika melihat mereka bersenda gurau dan menggapai dahan serta ranting dan sesekali berjalan diatas dahan yang besar dengan menggunakan kaki. saling mengejar dan mengigit sayang tanpa nyakiti kerabatnya.
peristiwa ini terjadi sekitar pukul 09.00 wib mereka selain bersuara dengan lantang yang dimulai oleh ungko dewasa dominan dan duet dengan pejantan yang lebih rendah suaranya. namun fungsi dari pejantan dominan adalah untuk mengamankan daerah teritorial mereka dan melindungi anggota keluarganya. pejantan dominan dibantu dengan beberapa anggota keluarga yaitu betina dominan dan anggota lain.

kerjasama yang baik dalam sebuah koloni amat menakjubkan. Selain membuat penasaran koloni ini juga membuat mata tidak bisa lepas dar lensa teropongku dan membuat aku berdecak kagum. dalam koloni ini sangat menghargai arti seorang pemimpin dan menghargai anggota lain yang lebih dewasa. Misalkan saja dalam ham membersihkan diri yang dilakukan antara pukul 09.00 Wib sampai dengan 10.00 Wib terkadang lebih pagi lagi berkisar pukul 08.00 Wib sampai dengan pukul 09.00 Wib. membersihkan kutu dari anggota koloni ini mengundang tawa dan gelak aku yang berada dibawah, namun gelakku tidak dihiraukan mereka sesekali kadang mereka melihat kearahku dan melanjutkan lagi kegiatannya, pertama kali yang dibersihkan adalah ungko betina dominan yang dilakukan oleh anggota lainnya dan setelah itu pejantan dominan yang berada di dahan agak jauh dari anggota koloni yang dilakukan oleh betina dominan dan bergantian. begitu juga dengan anggota koloni lainny  Ini dilakukan sebelum mereka mencari makan. sekitar pukul 09.30 Wib mereka beranjak dari pohon tempat tidur malam tadi dan bergerak mencari pohon yang berbuah, dalam perjalanan ini tangan berperan penting untuk loncatan dan menggapai dahan-dahan yang berada di tutupan hutan yang berkanopi sangat baik.

tangan bagi satwa ini sangat berperan penting dibandingkan kaki, setiap gerakan untuk berpindah tangan adalah yang utama. ukuran tangan dan kaki juga berbeda, jika dibandingkan dengan primata lain yaitu monyet maka tangan lebih kecil dari pada kaki, sedangkan pada hylobates agilis ungko tangan lebih besar dan panjang dari pada kaki. tangan bagi hylobates agilis ungko sangat dominan dari pada kaki, atraksi loncatan dari kanopi satu ke yang lainnya bergantung kepada kekuatan tangan. sementara kaki berguna pada saat mendarat diranting atau dahan yang berfungsi untuk mencengkram dan menstabilkan  goyangan dahan dan ranting dari hasil loncatan yang jauh dan menakjubkan, sekali lagi kekuatan tangan amat berpengaruh untuk sebuah loncatan ini.

Bagi anak-anak ungko latihan dimulai dari kecil, disaat masih bayi dan baru berumur tiga atau empat hari, mereka sudah diajarkan oleh indunya untuk memegang ranting yang daunnya sedang dimakan induknya ( Hasil pengamatan Tahun 2007 dihutan sisa kawasan sungai Kitang Kelurahan lipat kain)  pelajar yang kecil terus dilakukan hingga sang anak beranjak besar dan mampu melakukan loncatan-loncatan sejauh beberapa meter dan masih dalam penjagaan sang induk dan anggota keluarga lainnya. Selain melakukan loncatan sang anak juga diajarkan cara berkomunikasi antar anggota koloni dan melakukan pengecapan pertama kali buah dan daun, ini dilakukan saat sang anak berumur 2 sampai dengan 3 minggu  ( Hasil pengamatan Tahun 2007 dihutan sisa kawasan sungai Kitang Kelurahan lipatkain)  pelajaran yang diberikan sangat beraneka ragam dan banyak dengan sentuhan kasih sang induk dan anggota keluarganya selain itu sesekali sang pejantan dominan akan bermain dengan si kecil dalam koloni itu.

Disebuah kawasan jumlah anggota koloni sangat bermacam-macam, ada terdiri dari dua ekor, tiga sampai dengan delapan. Dan diwilayah lain bahkan ada yang lebih banyak, namun di beberapa daerah di Riau sendiri untuk ungko atau owa atau hylobates agilis ungko sendiri dominan berjumlah dua ekor saja, jika ditemukan yang berjumlah lebih ini amat jarang. Ini disebabkan oleh pemecahan keluarga disaat sang anak jantan menginjak dewasa dan bisa mandiri, namun ada beberapa kelompok yang  memiliki dua atau lebih pejantan dewasa ( Hasil pengamatan Tahun 2007 dihutan sisa kawasan sungai Kitang Kelurahan lipatkain).
Koloni ungko memulai kegiatannya pada pukul 04.50 wib ( Hasil pengamatan Tahun 2007 dihutan sisa kawasan sungai Kitang Kelurahan lipat kain)  dengan mengeluarkan suara-suara yang terputuh dan pelan, setelah pukul 05.30 wib mereka akan mulai mengeluarkan suara-suara panjang dan salin bersahutan, duet antara pejantan dan betina terjadi saat mentari mulai merangkat naik dan semburat merah diufuk timur jika cuaca cerah atau sekitar pukul 07.00 wib.